LOMBOK: Marissa Haque & Ikang Fawzi, LP3I Mataram, Feb 2011

LOMBOK: Marissa Haque & Ikang Fawzi, LP3I Mataram, Feb 2011
LOMBOK: Marissa Haque & Ikang Fawzi, LP3I Mataram, Feb 2011

LP3I di Mataram, Lombok, Awal 2011, Marissa Haque & Ikang Fawzi

LP3I di Mataram, Lombok, Awal 2011, Marissa Haque & Ikang Fawzi
LP3I di Mataram, Lombok, Awal 2011, Marissa Haque & Ikang Fawzi

Tim LP3I Mataram, Lombok bersama Duta LP3I Marissa Haque & Ikang Fawzi Suaminya

Tim LP3I Mataram, Lombok bersama Duta LP3I Marissa Haque & Ikang Fawzi Suaminya
Tim LP3I Mataram, Lombok bersama Duta LP3I Marissa Haque & Ikang Fawzi Suaminya

Abaout LP3I Mataram, Lombok

lp3imataram@yahoo.com
Website:
http://www.lp3i.ac.id
Office:
Cakranegara Mataram LOMBOK
Location:
JL. AA GDE NGURAH NO. 234 CAKRANEGARA, Mataram, Indonesia 83232

Minggu, 26 Juni 2011

Sejarah Berdirinya Lp3I Mataram, Lombok: dalam Marissa Haque & Ikang Fawzi


SEJARAH SINGKAT LP3I MATARAM, LOMBOK
Fenomena tidak tertampungnya lulusan pendidikan tinggi, terutama yang bergelar sarjana, di dunia kerja bukan cerita milik era tahun 2000-an saja. Bila dirunut ke belakang, sebenarnya gejala tersebut sudah mulai muncul ke permukaan sekitar duapuluhan tahun sebelumnya. Semakin hari semakin meresahkan masyarakat yang mengalaminya langsung. Namun hingga menjelang akhir 1980-an, belum ada tanda-tanda pihak yang merasa terpanggil untuk menyelesaikan masalah tersebut, baik pemerintah maupun swasta. Semua masih yakin bahwa model pendidikan yang dijalankan (oleh perguruan tinggi) pada saat itu masih yang terbaik. Tapi ternyata ada juga sekelompok generasi muda berpikiran maju yang berpendapat lain. Kelompok ini, yang dimotori oleh M. Syahrial Yusuf, merasa bahwa ada kesenjangan antara pendidikan dengan dunia kerja dan masalah ini harus segera diantisipasi. Harus ada pendidikan yang dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan dunia kerja. Atas dasar itulah, maka Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia (LP3I) didirikan pada 29 Maret 1989 dengan kampus pertama di Pasar Minggu - Jakarta Selatan. Melihat keberhasilan model pendidikan yang dijalankan oleh LP3I, animo masyarakat pun semakin besar. Peserta didik bukan hanya penduduk ibukota saja, bahkan dari beberapa daerah yang cukup jauh. Oleh sebab itulah, LP3I membuka kampus-kampus di hampir setiap ibukota propinsi. Kini, dengan jumlah kampus yang tersebar di 48 lokasi di seluruh Indonesia.

Kegiatan Sosial Duta Pendidikan Lembaga Pendidikan LP3I: Marissa Haque Fawzi (untuk Yogya-Lombok)


JAKARTA - Sebagai Duta Pendidikan di Lembaga Pendidikan LP3I, Marissa Haque mengajak mahasiswa untuk ikut menggalang dana bantuan bagi korban bencana alam.

“Saat ini seluruh mahasiswa dari LP3I sedang menggalang dana yang diberi nama gerakan 5000 untuk sumbangan letusan gunung Merapi,” ungkap istri Ikang Fawzi saat berbincang dengan Okezone via telepon, Senin (1/11/2010).

Marissa mengatakan letusan gunung, menyebabkan warga yang tinggal di daerah lereng Merapi harus mengungsi ke daerah yang aman. Hal ini menggugah Marissa untuk memberikan bantuan kepada pengungsi, baik yang ada di Yogyakarta, Klaten, Magelang, maupun Boyolali.

Tak hanya itu, Marissa juga memiliki banyak kerabat dan teman-teman di Yogyakarta. Sekadar informasi, Marissa dan suaminya sedang menempuh pendidikan di Universita Gajah Mada (UGM).

“Meskipun tidak merasakan menjadi korban dalam bencana, tapi saya bisa merasakan imbas dari tragedi yang menewaskan sejumlah orang itu,” ungkapnya.

"Doa dan Cinta": Kunci Keluarga Ikang Fawzi & Marissa Haque (Duta LP3I)


Sabtu, 16 April 2011 15:01
Sumber: http://www.kapanlagi.com/showbiz/selebriti/doa-dan-cinta-kunci-keluarga-ikang-fawzi-marissa-haque.html
 
Kapanlagi.com - Pasangan artis Marissa Haque dan Ikang Fawzi sangat bersyukur rumah tangganya bisa bertahan hingga usia 24 tahun. Tidak hanya sekedar kebersamaan, namun kehadiran dua anak berikut anugerah dan prestasi dalam keluarga juga patut disyukurinya.

"Alhamdulillah kita bisa sama-sama, tidak ada acara yang khusus karena Indonesia sedang tidak bahagia ya. Tapi pasangan artis, publik figur yang bisa usia perkawinan segini kita bersyukur," ungkap Marissa Haque saat ditemui di kediamannya di Kawasan Bintaro, Tangerang, Banten, Rabu (14/04/2011).
"Gak harus artis sih orang lain juga pasti bersyukur. Alhamdulillah ini sebenarnya saya selalu berbicara family has to stick together, jadi memang dengan kebersamaan ini kita memberi kenyamanan, keamanan kepada anak-anak," sahut Ikang Fawzi.

Kenyamanan keluarga, menurut rocker yang sukses dengan lagu Preman itu menjadi ruang pertama untuk meraih segala hal. Apa yang diraihnya bersama sang istri, berikut prestasi anak-anak tidak lepas dari keberadaan keluarga yang kondusif.

"Jadi anak-anak bisa berkreasi dengan sebaik-baiknya. Rumah tangga ini bisa punya rencana yang lebih baik. Dan yang paling penting bisa memberikan satu manfaat. Semua berangkat dari rumah tangga. Kalau terlalu banyak permasalahan kita juga nggak bisa berkreasi apa-apa. Apa yang kita alami turun naik lah, namanya rumah tangga nggak ada yang terbaik, cuma kita hanya berusaha bertahan dan membuktikan komitmen kita. Dan menerima apa adanya," urai Ikang.

"Ada cinta dan ada maaf, dan satu lagi yang terpenting dari itu semua, ada kebersamaan dalam doa. Kita selalu sholat berjamaah dan berdoa. Yang aku lihat di sini Allah memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita minta," tambah Marissa.

Sebagai kunci keluarga adalah berdoa dan kebersamaan termasuk dalam berdoa pun kebersamaan menjadi unsur penting terkabulnya keinginan. Selain itu landasan cinta menjadi pondasi dalam membangun keluarga.

"Ya itu (kuncinya) berdoa berjamaah kudu dibanyakin. Kemudian kita yakin kita menikah karena cinta dan di dalam cinta ada maaf. Sudah gitu toleransi, adaptasi tanpa kehilangan jati diri," tegas Marissa.
Konsep yang disampaikan Marissa dan Ikang pun menjadi pedoman keluarga, bagi anak-anaknya. Setidaknya hal itu ditunjukkan oleh Isabella Muliawati Fawzi, putri pertamanya.

"Satu lagi, cinta itu datangnya dari Allah," tegas Isabella mendukung kalimat mamanya.
"Bener-bener, karena di dunia ini kita tidak bisa memiliki," sambung Ikang memberi penegasan.
Sementara anak kedua Marsha Chikita Fawzi, tidak nampak dalam kebersamaan tersebut, karena tengah berada di luar negeri untuk sebuah pekerjaan. Namun tidak menyurutkan keceriaan keluarga dalam merayakan ulang tahun pernikahan.   (kpl/hen/dar)

LP3I Membangun HUman Capital Indonesia Berkelanjutan: Marissa Haque Fawzi LP3I Membangun Human Capital Indonesia Berkelanjutan: Marissa Haque & Ikang Fawzi


Oleh: Hj. Marissa Haque Fawzi

I. Pendidikan Indonesia
Bagi sebagian besar penduduk Indonesia, pendidikan masih dianggap sebagai barang langka nan mahal. Bahkan sebagian lainnya lagi menyatakan, kalau pendidikan itu tidak perlu karena dianggap sebagai semacam cost centre bukan investasi. Dana minim yang tersedia dianggap lebih bermanfaat bila dipakai untuk beberapa kebutuhan primer namun konsumtif. Seandainyapun dana pendidikan tersedia, maka pilihan pendidikan bagi anak-anak mereka adalah yang bersifat menaikkan gengsi semata semisal S1 umum. Dengan catatan bilamana pernikahan anak-anak mereka kelak dilaksanakan, dalam undangan pernikahan sudah tercantum gelar akademisnya. Sejujurnya, cara berfikir bahwa pendidikan adalah semata biaya keluar, serta menjadi sarjana S1 semata sudah dianggap cukup untuk menjawab tantangan zaman merupakan sebuah kekeliruan latent dan massif. Karena terbukti disaat sebuah lowongan pekerjaan dibuka, berduyun-duyun bahkan saling bertumpukan ‘manusia sarjana S1 Indonesia’ dengan map berisi photo copy ijazah S1 mereka, masih harus bertarung menjadi pemenang dalam hal mendapatkan pekerjaan yang diharapkan. Padahal pola pendidikan S1 pada umumnya di Indonesia, tidak mengedapankan kecakapan tertentu bagi para lulusannya untuk langsung siap kerja.

II. Ledakan Penduduk
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional atau BKKBN menyatakan bahwa ledakan penduduk mengancam Indonesia jika grand design atau desain induk kependudukan tidak segera dibuat. Kepala BKKBN Sugiri Syarif pada acara Rapat Kerja Nasional Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana di Kantor Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Jakarta mengatakan bahwa berdasarkan hasil sensus 2010 penduduk Indonesia bertambah 32,5 juta jiwa dan rata-rata pertumbuhan 1,49 persen. Artinya apabila laju pertambahan penduduk masih 1,49 persen saja maka jumlah penduduk Indonesia pda tahun 2045 kelak akan menjadi sekitar 450 juta jiwa. Hal ini berarti satu dari 20 penduduk dunia adalah orang Indonesia. Dengan bertambahnya jumlah penduduk, secara otomatis akan menjadi beban pemerintah dalam menyediakan anggaran untuk: (1) kesehatan; (2) pendidikan; (3) pangan; (4) sandang; (5) papan, dan lain sebagainya yang dapat terkait dengan kebutuhan masyarakat Indonesia. Ledakan penduduk ini juga berarti persaingan untuk mendapatkan pekerjaan semakin ketat dan tajam. Hanya mereka yang memiliki akses kepada pendidikan tertentu sajalah yan mampu memenangkan persaingan sehingga mampu mencukupi kebutuhan primer maupun sekunder mereka. Namun sayangnya system pendidikan di tanah air belum semuanya mampu menjawab tantangan zaman tersebut.

III. Pengangguran yang Sarjana
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk: (1) orang yang sama sekali tidak bekerja; (2) sedang mencari kerja; (3) bekerja kurang dari dua hari selama seminggu; atau (4) seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.

Menurut kompas.com[1], Pengangguran di Indonesia kini mencapai 8,59 juta orang atau 7,41 persen dari total angkatan kerja di Indonesia yaitu sebanyak 116 juta orang. Sementara target pertumbuhan ekonomi yang hanya sebesar 5,5 persen dinilai tidak cukup untuk menyerap tenaga kerja di usia produktif. Dalam seminar “Economic Outlook 2010″ lalu, dinyatakan bahwa anggaran belanja negara yang kurang dalam peningkatan infrastruktur, jelas tidak dapat menekan angka pengangguran. T erutama dengan pertumbuhan ekonomi yang hanya sebesar 5 persen. Indonesia membutuhkan petumbuhan setidaknya 7,3 persen per tahun untuk mengurangi angka pengangguran. Pertumbuhan itu bisa dicapai kalau laju inflasi berkisar 4 hingga 6 persen. Suku bunga Indonesia pun setidaknya berada di angka 5-7 persen dan nilai tukar rupiah Rp 9.500-Rp 10.500 per 1 $ US.

Sementara BPS merasa perlu melengkapi dengan data kelompok masyarakat yang setengah pengangguran[2], yaitu mereka yang merupakan bagian dari angkatan kerja yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu). Kelompok masyarakat setengah pengangguran dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
(1) Setengah Penganggur Terpaksa
Adalah mereka yang bekerja dibawah jam kerja normal, namun masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan lain;

(2) Setengah Penganggur Sukarela
Adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain, misalnya tenaga ahli yang gajinya sangat besar.

Dengan masih tingginya angka pengangguran tersebut di Indonesia, LP3I melihat ada yang masih harus dikoreksi dari sitem ajar-mengajar di tanah air. Karenanya LP3I menawarkan satu terobosan system agar masyarakat muda Indonesia mampu menjawab tantangan zaman.

IV. Paradigm Shift dari LP3I
Peningkatan daya saing bangsa Indonesia kedepannya adalah hal yang inevitable/tidak dapat dihindari. Setelah mendapatkan izin dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, LP3I mengusung formula pendidikan baru dengan mengubah kurikulum. Bila sebelumnya konsep standar minimum kelulusan adalah: (1) kognisi; (2) afeksi; dan (3) psiko-motorik/konasi. Maka LP3I melakukan langkah terpuji dengan melakukan paradigm shift berupa: (1) psiko-motorik/konasi; (2) afeksi, lulus menjadi D3 dengan gelar Ahli Madya (AMD), lalu mendapatkan kesempatan kerja pada strata middle management di berbagai kantor yang telah menjadi mitra LP3I selama ini. Kemudian dengan uang mereka para lulusan ini sendiri—bahkan beberapa perusahaan memberikan beasiswa langsung kepada mereka—untuk melanjutkan kuliah hingga S1 dan mendapatkan berbagai macam teori untuk perkembangan kognisi/intelektual sesuai jurusan mereka. Sehingga pola sjar-mengajar yang ditawarkan oleh LP3I berupa: (1) psiko-motorik/konasi; (2) afeksi; dan baru (3) kognisi.

V. Lulusan LP3I Unggul
Diantara kerumunan para sarjana S1 ketika mencari kerja, tanpak sekali perbedaannya terutama ketika mereka harus memperlihatkan CV (curriculum vitae). Dimana pada umumnya para fresh graduate pengalaman kerja kosong-melompong, para sarjana lulusan LP3I sudah dipenuhi dengan berbagai jam terbang diperusaahan tempat mereka bekerja sebagaimana yang telah dijanjikan akan disalurkan oleh LP3I.

LP3I memahami betul kebutuhan masyarakat luas, bahwa mereka mengirimkan anaknya kuliah dengan harapan setelah lulus langsung bekerja. Kesadaran inilah yang membuat LP3I secara berkelanjutan memacu program development-nya untuk membaca kebutuhan spesifik industry-bisnis stratejik diwilayah sekitar kampus LP3I berada/didirikan. LP3I mengukir prestasi terkait dengan customer satisfaction melalui CRM (customer realtion management) salah satunya melalui kemampuan afeksi para lulusannya. Budaya servis yang selama ini terasa masih kurang pada masyarakat Indonesia, dikedepankan oleh LP3I. Para lulusan LP3I memiliki ciri wajah riang penuh senyum serta lincah-tanggap dalam menjalankan tugas-fungsi-kewenangan pada strata middle management dikantor mereka masing-masing.

Kenangan Selama bersama LP3I Mataram, Lombok (2011): Marissa Haque Fawzi


Dapat tugas ke LP3I di Mataram, Lombok tidak terasa bahwa saya sedang bekerja. Pertama karena Ikang Fawzi suami tercinta bersedia diajak ke sana, dan kedua karena Mataram di Lombok memang cantik betul lokasinya. Wa bil khusus karena owner LP3I Lombok sangat ramah serta penuh kreatifitas adanya.

Semoga selalu maju dan jaya ya?

Doa kami berdua,
Marissa dan Ikang 

Entah kapan lagi kami akan kembali ke Lombok ya? Semoga saja tidak lama lagi. Ingin rasanya berlibur lengkap bersama Bella dan juga Kiki yang sekarang sedang persiapan wisuda S1 nya dari MMU di  Malaysia.

Insya Allah...





Tim LP3I Mataram, Lombok bersama Duta LP3I Marissa Haque & Ikang Fawzi Suaminya

Tim LP3I Mataram, Lombok bersama Duta LP3I Marissa Haque & Ikang Fawzi Suaminya
Tim LP3I Mataram, Lombok bersama Duta LP3I Marissa Haque & Ikang Fawzi Suaminya

RA Menik Haryani Kodrat & Marissa Haque di Pantai Senggigi, Lombok, Mei 2011

RA Menik Haryani Kodrat & Marissa Haque di Pantai Senggigi, Lombok, Mei 2011
RA Menik Haryani Kodrat & Marissa Haque di Pantai Senggigi, Lombok, Mei 2011

Gubernur NTB yang 'DIDUGA' Kurang Responsif terhadap Pendidikan Alternatif bagi Masyarakatnya

Gubernur NTB yang 'DIDUGA' Kurang Responsif terhadap Pendidikan Alternatif bagi Masyarakatnya
Upaya Ibu RA Menik Kodrat Menemui Gubernur NTB dengan LP3I Mataram, Lombok, 2010